Sejarah Bahasa Sunda
DIALEK BAHASA SUNDA
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda
beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa
Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya
membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
Dialek Barat
Dialek Utara
Dialek Selatan
Dialek Tengah Timur
Dialek Timur Laut
Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah
Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota
Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek
Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek
Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut
adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di
beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah
dialek sekitar Ciamis.
SEJARAH DAN PENYEBARAN
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di
sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun
demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah,
khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di
Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti
Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap
banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka
berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang “disundakan”, sebab
pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai “Clacap”.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa
Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar
Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama “Dieng” yang
dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata
bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa
ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan
Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
FONOLOGI
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari
bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy
-> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa
kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda – terutama di wilayah
Parahyangan – mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari
bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di
wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa
Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap
dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Tempat
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda(normal) Bahasa Sunda (sopan/lemes)
di atas .. di luhur .. di luhur ..
di belakang .. di tukang .. di pengker ..
di bawah .. di handap .. di handap ..
di dalam .. di jero .. di lebet ..
di luar .. di luar .. di luar ..
di samping .. di samping .. di gigir ..
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda(normal) Bahasa Sunda (sopan/lemes)
di atas .. di luhur .. di luhur ..
di belakang .. di tukang .. di pengker ..
di bawah .. di handap .. di handap ..
di dalam .. di jero .. di lebet ..
di luar .. di luar .. di luar ..
di samping .. di samping .. di gigir ..
TRADISI TULISAN
Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasa Austronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yang digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya pengaruh Kesultanan Mataram pada abad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan) diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad ke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.
Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasa Austronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yang digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya pengaruh Kesultanan Mataram pada abad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan) diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad ke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.
Sumber: http://wiki.bestlagu.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar